Masyarakat...
Siapa yang tidak pernah mendengar istilah
tersebut??? Atau siapa yang tidak tahu apa dan bagaimana bentuk dari
sebuah masyarakat itu??? Hari ini masyarakat sudah mewujud dalam banyak
karakter, tatanan sosial dan tentu saja memiliki banyak komponen yang
sangat kompleks. Kita, diri individu adalah komponen pembangun
masyarakat itu.
Kondisi kita hari ini, sering kali kita
memuji berbagai upaya strukturisasi masyarakat yang dilakukan oleh
kekuatan selain kekuatan Islam. Bahkan tak jarang kita pun memuji pula
penguasaan data dan informasi oleh ummat selain ummat Islam. Disadari
atau tidak, kondisi ini menempatkan kita pada posisi dimana kita
mengagumi keteraturan yang ada dalam ummat di luar ummat Islam tersebut.
Sementara itu, kita justru sering kali melakukan kritik internal atas
ketidak teraturannya struktur masyarakat Islam. Kritik tanpa solusi, dan
anehnya kita justru menyimpan rasa curiga kepada pembangunan struktur
masyarakat Islam. Kecurigaan itu kita tujukan kepada para aktivis dakwah
yang berorientasi kepada pembangunan masyarakat Islam itu sendiri.
Sebenarnya
jika kita melihat kondisi seperti ini tentu sangat mengkhawatirkan.
Padahal pembangunan masyarakat muslim adalah fokus utama dalam kehidupan
ummat hari ini. Pembangunan struktur masyarakat sebagian besarnya
adalah upaya pembuktian kesempurnaan Islam. Islam dengan syumul
(menyeluruh) mengatur dengan baik kehidupan manusia, baik dalam konteks
manusia sebagai hamba Allah, manusia sebagai pribadi, terlebih manusia
sebagai bagian dari masyarakat. Tentu saja hal ini harus berjalan
sinergis, bagaimana nilai-nilai Islam yang luhur itu harus kemudian
disertai dengan kerapihan struktur dari ummat Islam itu sendiri.
Saat
ini kita harus mengakui bahwa kebangkitan Islam tengah bergelora hampir
disetiap sudut dunia. Tak hanya di Indonesia, gelora kebangkitan Islam
itu menyeruak di tengah-tengah negara yang secara mayoritas
masyarakatnya adalah ummat Islam, semisal di Iran, Irak, Yordania,
Mesir, Malaysia, Pakistan, Sudan bahkan merambah sampai ke negara-negara
barat semisal Inggris, Amerika Serikat juga Australia. Begitulah siklus
yang berjalan. Dahulu Islam lahir dalam kondisi masyarakat yang hidup
dalam kejahiliahan. Islam adalah jawaban dan solusi atas berbagai
permasalahan yang timbul dalam masyarakat yang jahiliah itu, terlebih
sekarang ketika dunia sudah memasuki fase modernitas dengan berbagai
perkembangan IPTEK yang seolah sudah tak bisa lagi dibendung. Maka Islam
tidaklah kemudian menjad usang, akan tetapi Islam justru semakin
menjadi solusi yang hidup sepanjang zaman ini berjalan.
Fase
ummat hari ini di tengah-tengah gelora kembangkitan Islam setelah
dahulu berjaya, kemudian seolah Islam itu "tidur", padahal Islam itu
senantiasa "terjaga" dan "hidup", tiba pada masa dimana ia akan kemudian
bangkit kembali untuk menawarkan solusi nyata atas kompleksitas yang
muncul ditataran kemasyarakatan. Pada fase dimana gelora kebangkitan
Islam tengah membahana, maka sungguh, fase ini akan menentukan seberapa
lama lagi proyek "pencerahan" struktural, intelektual, dan kultural ini
berjalan. Sehingga menjadi sesuatu yang wajar ketika ummat ini kemudian
berusaha menunjukkan eksistensi dirinya dan mendobrak model sekuler yang
telah lama membelenggunya untuk kemudian berganti menjadi sistem Islam.
Di
sinilah tantangan itu bermain. Bagaimana kondisi ini kemudian hadir
dalam wujud perbedaan dan heterogenitas pergerakan-pergerakan
kebangkitan Islam yang muncul diberbagai belahan dunia. Sebuah tantangan
yang luar biasa untuk kemudian lahir menjadi kekuatan dalam membangun
masyarakat yang berstruktur. Pada hakikatnya kahidupan manusia dan
semesata serta segala isi yang ada di dalamnya Allah tempatkan dalam
keteraturan. Akan tetapi kondisi ini kemudian menjadi bergeser ketika
spontanitas dan ketidak teraturan menjadi hal yang ditawarkan oleh
musuh-musuh Islam untuk memposisikan ummat Islam dalam kondisi yang
demikian. Terlebih keadaan ini diperparah dengan belum matangnya "qiyadah fikriyah", sebuah kematangan secara keilmuan untuk menyerap dan memilah apa-apa yang haq dan apa-apa yang batil.
Spontanitas
dan ketidak teraturan bukanlah hukum dasar yang dipakai dalam membangun
hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lainnya,
hubungan manusia dengan dirinya dan hubungan manusia dengan alam
semesta. Ummat Islam tidak mewarisi corak masyarakat yang seperti itu.
Ketidak teraturan kehidupan manusia adalah gerbang ketidak harmonisan
manusia dengan Allah, dengan manusia lainnya, dengan dirinya dan dengan
alam semesta. Spontanitas dan ketidak teraturan adalah
pemikiran-pemikiran yang bersifat destruktif yang dihidupkan dalam tubuh
ummat ini atas nama kebebasan, inovasi dan menghindari taklid. Sehingga
masyarakat yang kemudian ditawarkan adalah masyarakat yang tidak
bervisi, tidak bermisi, tanpa pemimpin, tanpa arahan dan tanpa ketaatan.
Begitulah
potret general dari kehidupan masyarakat yang tidak teratur. Sehingga
kondisi seperti itulah yang memicu semakin tingginya kompleksitas
persoalan yang muncul di dalam masyarakat. Dari mulai masalah infiltrasi
pemikiran, kekuatan militer, hutang negara yang menjadi jebakan dari
barat, hingga kepada tataran perihal yang "sederhana" semisal masalah
pernikahan, pendidikan anak hingga kehidupan bertetangga. Kritis memang
jika kondisi ini terus menerus dibiarkan tanpa adanya solusi nyata
sebagai sebuah jawaban. Dan inilah PR riil yang ada di hadapan kita.
Sebagai bagian dari perjalanan dakwah, hendaknya kepahaman kita akan
konteks dakwah, akan Islam sebagai way of life hendaknya bisa menjadi cahaya di tengah-tengah kegelapan yang membuat ummat ini terpuruk.
Membangun
masyarakat yang berstruktur adalah sebuah keniscayaan. Ada beberapa
tahapan penting yang harus kita perhatikan dalam membangun masyarakat
berstruktur ini, antara lain : pertama, pembangunan kepribadian (takwin asysyakhsiyah), kedua pembangunan semangat berjamaah (takwin ruhul jamaah), dan ketiga mendesainnya sebagai gerakan penyelamatan (harakatul inqadz).
Setidaknya ketiga tahapan ini yang harus kita perhatikan dengan baik
dalam proses membangun masyarakat berstruktur itu. Pembangunan
kepribadian menjadi gerbang awal bagaimana kita bisa kemudian mencetak
pribadi-pribadi muslim yang tidak sekedar siap melakukan perubahan, akan
tetapi yang kemudian dicetak adalah pribadi-pribadi yang siap pula
secara kapasitas keilmuan, kepahaman terhadap nilai-nilai Islam yang
harus dikembangakan dalam kehidupan bermasyarakat bahkan sampai kepada
tataran kesiapan untuk menghidupkan dakwah dan jihad. Pembangunan
kepribadian yang siap ini tentu saja akan sulit atau bahkan gagal sama
sekali ketika "proyek" pembangunan masyarakat berstruktur itu kemudian
dijadikan "proyek" pribadi, artian akan sulit realisasinya jika hal itu
hanya dikerjakan seorang diri. Pribadi yang sudah terbangun dengan baik
dan matang, idealnya akan kemudian memahami dan membangun kekuatan yang
lebih massif dengan berjamaah. Di sinilah pembangunan semangat berjamaah
itu harus dimunculkan, sebab ada banyak "pos-pos" yang harus diisi di
masyarakat yang menjadi kran pembangunan masyarakat berstruktur itu, dan
tentu saja pengisian pos-pos tersebut tidak cukup jika mengandalkan
kekuatan satu atau dua orang saja.
Ketika kepribadian
sudah terbangun dengan matang, pun dengan semangat berjamaah, ternyata
tidak cukup sampai di sana saja. Apalah artinya kepribadian muslim yang
matang, jamaah yang solid tanpa adanya aksi nyata. Ya, sebuah pergerakan
yang memberikan solusi atau persoalan yang bermunculan dalam tubuh
ummat ini. Pribadi yang terinternalisasi dalam jamaah akan menjadi
sebuah kekuatan ketika bergerak. Tapi bukan sekedar bergerak tanpa visi
dan misi yang jelas. Sebuah pergerakan hendaknya memiliki
capaian-capaian yang akan diwujudkan, dan hal ini dibutuhkan untuk
sampai kepada pembangunan masyarakat berstruktur. Memang akan menjadi
sebuah proses panjang dengan pengorbanan yang tidak sedikit untuk dapat
mewujudkan keteraturan dalam masyarakat. Sebuah keteraturan yang
dibangun di atas pondasi-pondasi nilai-nilai Islam yang terinternalisasi
dengan baik, tak hanya secara individu, akan tetapi melebur menjadi
kekuatan secara kolektif. Sebuah proyeksi masa depan melalui pergerakan.
Pertanyaan
yang kemudian muncul setelah tahapan-tahapan itu kita pahami adalah,
apakah kita cukup memiliki kapasitas untuk kemudian dapat menjalani
semua proses itu??? Jawabannya tentu ada pada diri kita masing-masing.
Akan tetapi terlepas dari bagaimana kondisi diri kita hari ini, yakinlah
ketika kita tak pernah lelah untuk mentarbiyah diri, dan ketika kita
memiliki visi dan misi perubahan dan perbaikan untuk membangun ummat ini
karena landasan kecintaan kepada Allah, maka insyaAllah, kapasitas itu
akan juga muncul dalam diri kita. Semua adalah proses, dan seorang
aktivis sejatinya tidak akan pernah lelah untuk menjadi seorang
pembelajar kebaikan, dan seorang aktivis pun sejatinya akan
mengikhtiarkan dan senantiasa menyiapkan diri untuk bersegera menyambut
seruan-seruan dakwah, dan ketidak teraturan masyarakat hari ini adalah
satu dari sekian banyak PR ummat ini, dan terbangunnya masyarakat
berstruktur adalah satu dari sekian banyak cita-cita dalam tubuh ummat
ini. Maka bersiaplah, tawarkan Islam dan dakwah sebagai jawabannya.
Wallahualambishawab
(*Ringkasan dan Inspirasi dari buku : Dakwah dan Manajemen Isu...Dengan tambahan dan perubahan yang disesuaikan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar