Dakwah itu tak hanya membutuhkan kader yang cerdas
Dakwah itu tak hanya ditopang oleh kekuatan secara materi
Dakwah itu tak sekedar didorong kekuatan jasadi dan ruhi
Ada hal lain yang juga harus menjadi bekal dalam dakwah
Itulah mental yang kuat dan tekad yang dahsyat karena Allah semata...
Mental
adalah satu dari sekian "modal" yang Allah berikan untuk kita jadikan
bekal dalam kehidupan kita. Membangun mentalitas yang kuat dan tekad
yang dahsyat bukanlah perkara yang sederhana, tapi bukan pula perkara
yang rumit dan sulit. Kekuatan mental ibarat "bahan bakar" untuk kita
menggerakan "mesin-mesin" dakwah, termasuk menggerakan diri kita.
Seringkali
konteks membangun mentalitas kader yang kokoh ini terabaikan. Kenyataan
di lapangan, dalam medan dakwah tentu ada sangat banyak ujian yang
kapan saja siap melukai langkah kita, yang kapan saja siap membuat kita
sakit dan menjadi pesakitan atau bahkan siap mengantarkan kita ke tepian
jalan, menempatkan kita untuk merasa cukup menjadi "penonton" saja
tanpa mampu berbuat lebih. Dalam kondisi yang demikian, tentu kekuatan
mentalitas seorang kader sangat perlu untuk dibangun dan penting untuk
diperhatikan, karena jika tidak, maka bersiaplah dengan banyaknya
keluhan atas berbagai ujian yang ditemukan di lapangan.
Sebenarnya
tidak ada yang keliru dengan keluhan-keluhan itu, karena keluhan adalah
juga kebutuhan manusia. Tapi yang menjadi keliru adalah ketika
keluhan-keluhan yang terlontar itu menjadi keluhan yang tidak solutif,
yang ada justru melahirkan paradigma yang dekat pada sisi-sisi pesimisme
sehingga dinamika yang tengah ditempuh lahir menjadi sesuatu hal yang
nampak sulit dan rumit. Teringat dengan pesan dari seorang saudara
seperjuangan, kurang lebih begini bunyi pesannya :
"Seharusnya
seorang kader itu belajar untuk mengubah paradigma berpikirnya dalam
melihat sesuatu. Meskipun kenyataan yang kita saksikan memang rumit dan
terasa berat, tapi tidak bisakah kita belajar melihat hal itu menjadi
sesuatu yang ringan dan biasa saja??? Paradigma berpikir optimis itu
harus dibangun, apapun perkara atau masalah yang kita temukan di
lapangan jangan selalu kita pandang sebagai kesulitan yang seolah-olah
tidak ada jalan penyelesaiannya, karena setiap kita menempatkannya
begitu. maka seolah-olah tidak ada lagi jalan bagi kita untuk
menyelesaikannya"
Sepakat dan setuju dengan
pernyataan tersebut. Bukan berarti kita menyepelekan permasalahan yang
kita temukan di lapangan ketika kita tengah beramanah, akan tetapi
memang cara paling efektif untuk membangun mentalitas seorang kader
sebetulnya adalah dengan mengubah paradigma berpikir oleh dirinya
sendiri. Mentalitas yang kuat pada akhirnya disadari atau tidak akan
mengantarkan seorang kader pada posisi solutif, sederhananya "Menepi sejenak untuk berlari seribu langkah lebih cepat", bukan justru, "Menepi sejenak untuk beristirahat dan diam enggan bergerak".
Ia
mengeluh, ia menyampaikan dinamika di lapangan sebagai upaya untuk
mengoptimalisasi kemampuannya dalam berpikir strategis menyelesaikan
berbagai dinamika itu, dan untuk bisa melakukan hal ini seorang kader
harus belajar banyak. Belajar untuk berani berbenturan dengan dinamika
amanah, berani untuk berspekulasi, berani untuk menempatkan paradigma
positif sebagai gerbang awal bagi berbagai permasalahan yang
dihadapinya.
Mentalitas yang kuat akan bersinergi dengan
tekad yang dahsyat, dan inilah modal "imunitas" bagi seorang kader
dakwah dalam beramanah. Mental yang cenderung rapuh akan sangat rentan
berpengaruh kepada kekuatan tekadnya untuk terus berada dalam jalan
dakwah, untuk terus berada bersama dalam barisan. Sinergisitas ini
menjadi modal yang kuat bagi terbangunnya aktivitas strategis dari kader
itu sendiri. Jika hanya terpenuhi salah satunya saja maka sangat
disayangkan.
Membangun mentalitas yang memiliki daya tahan
yang baik bagi seorang kader bisa diawali dengan membangun paradigma
berpikir yang positif terhadap segala sesuatu. Idealnya seorang kader
memang lebih banyak berpikir positif, terlebih dengan pemahaman dan
keyakinan akan adanya pertolongan dari Allah, maka tidak ada satu pun
permasalahan yang tidak ada solusinya dan karena itu tidak ada lagi
alasan untuk terus berkeluh kesah tanpa ikhtiar mencari pemecahan
masalah. Kekuatan mentalitas ini pada akhirnya tidak hanya sekedar
menjadi "imun" bagi kader dalam beramanah dakwah secara struktural
maupun non struktural, akan tetapi juga "imun" ini akan menjadi bekal
bagi dirinya dalam beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
lingkungan barisan atau pun bukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar