Be inspiring for today, tomorrow and for the future

Selasa, 17 Juli 2012

Kita Tak Bisa Menunggu...

"Kita tak bisa menunggu, karena dakwah itu dinamis, ia bergulir dengan cepat, maka dari itu bersegeralah untuk memenuhi seruannya karena jika tidak, maka kita akan tertinggal, dan mungkin dinamisasi dakwah itu tidak akan kembali lagi menghampiri kita, jika kita menemukannya, mungkin itu adalah dinamisasi dakwah yang lain, yang juga menyerumu untuk bergerak, bergerak dan bergerak"...

Kembali teringatkan dengan peran strategis seorang kader dakwah. Ya, ungkapan di atas adalah ungkapan yang sebetulnya sering kali melintas dengan kuat dalam diri. Hanya sekedar ungkapan yang diciptakan sendiri, namun hebat, ia adalah tamparan saat raga ini lebih banyak memilih untuk diam. Terkadang kita, terlebih ratusan atau bahkan ribuan orang di luar sana yang mengaku sebagai aktivis, apalagi aktivis dakwah, hendaknya ia belajar untuk dapat memotivasi dirinya dengan baik sebelum ia memotivasi orang lain, hendaknya ia belajar untuk berinisiatif menggerakan dirinya dalam aktivitas kebaikan sebelum ia mendorong orang lain untuk ada dalam aktivitas kebaikan itu. Kondisi ideal yang sering kali berbenturan dengan kondisi riil seorang kader dakwah di lapangan.

Tak sedikit kader yang hari ini memilih untuk berjibaku dengan dirinya sendiri, ya itu memang tak sepenuhnya salah, hanya saja dunia terlalu luas untuk kemudian kita memilih menutup mata. Hari ini pun tak sedikit kader yang lebih memilih berada di "zona hijau", apapun wujudnya zona itu, namun ia lebih memilih untuk tetap di sana, menikmati kenyamanan yang sebetulnya adalah semu, karena dalam dakwah itu tidak ada kenyamanan yang hakiki selain kenyamanan yang Allah hadiahkan kelak untuk mereka yang ikhlas dan istiqomah berjuang di jalan-Nya, dakwah adalah jalan yang penuh dengan onak dan duri, dan sedikit sekali orang yang mampu bertahan di dalamnya.

Sangat disayangkan, evaluasi besar lainnya adalah pemenuhan kapasitas setiap diri individu untuk mau dan mampu berdinamika. Kekuatan kapasitas itu merupakan keniscayaan dari sebuah ikhtiar. Seorang kader tak hanya merasa cukup dengan banyaknya amanah yang ia jalankan atau cukup dengan banyaknya amanah yang ia peroleh, akan tetapi sinkronisasi amanah dengan kapasitas diri adalah penting. Karena sering kali kita kemudian tidak cukup kuat untuk bertahan ketika kapasitas diri itu kurang atau bahkan tidak ada sama sekali.

Kapasitas yang kita bicarakan adalah kapasitas secara tsaqafah. Seringkali kita terlalu banyak disibukan dengan berbagai qadhaya (permasalahan) yang kita hadapi tanpa kemudian berusaha menempatkan diri sebagai sumber solusi. Dinamika dakwah teramat sangat kompleks, dan tentu saja hal itu membutuhkan kesiapan dari setiap kadernya untuk kuat berjibaku dalam dinamika itu. Kuat tak sekedar ruhiyah, namun juga kuat secara keilmuan dan pengetahuan, kuat secara jasadiyah sudah barang tentu dibutuhkan, dan kultur inilah yang harus kita pertajam. Kultur kekuatan tsaqafah.

Membekali setiap diri individu kader dakwah dengan kemampuan untuk bisa berpikir strategis, ber-bargaining position, fleksibel dalam tataran konseptoral dan teknis lapangan merupakan kebutuhan dan keharusan yang nyatanya tak dapat ditawar-tawar lagi. Terkadang kita terlalu ragu bahkan mungkin takut dengan dinamika yang ada di hadapan karena kita tidak mempersiapkan diri untuk bergesekan dengan dinamika itu. Kita sering kali merapuh terhadap keadaan yang sebetulnya dapat kita kendalikan jika saja kita mengedepankan keyakinan dan ikhtiar teroptimal untuk tak lari dari keadaan itu.

Kita tak bisa menunggu, karena dakwah itu dinamis...

Ketika kita sadari adanya dinamisasi dakwah maka tentu menjadi kader yang pasif bukanlah pilihan atau menjadi kader yang senantiasa mencari "posisi aman", itu pun bukanlah jalan yang ditempuh. Dinamisasi dakwah idealnya beriringan dengan dinamisasi kader-kadernya. Belajar berpikir strategis terhadap dinamisasi itu, bukan saling menunggu, karena tak selalu setiap langkah dakwah harus menunggu instruksi. Tapi bukan pula ketika kita bergerak dahulu, maka sama dengan mengabaikan keharusan dari sebuah instruksi. Di sinilah berpikir strategis itu dituntut dari seorang kader. Upaya pemenuhan kapasitas diri dengan membaca, berdiskusi dan tentu saja learning by doing, belajar dari dinamika dakwah, karena lari jelas bukan dan tidak akan menjadi pilihan !!!

Kita tak bisa menunggu, karena dakwah itu dinamis...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar