Komitmen, ya itulah sebuah kata yang setiap orang menfasirkannya
dengan cara dan bahasa yang berbeda. Terlebih ketika dalam tataran
pemaknaan, sudah barang tentu setiap satu isi kepala akan berbeda pula
dengan isi kepala yang lainnya. Tapi harus diakui, seringkali komitmen
ini terlupakan atau bahkan mungkin dilupakan. Ia memang sesuatu yang
abstrak, akan tetapi disadari atau tidak, sebuah komitmen ibarat pelita
yang meskipun nampak kecil dan sesekali tertiup angin, namun ia tetap
mampu memberikan cahaya meskipun mungkin terangnya tak seberapa.
Mempertahankan
sebuah komitmen tidaklah mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Ya
terlepas dari berbagai pandangan yang berbeda dalam menilainya, yang
jelas ujian dari sebuah komitmen itu luar biasa banyaknya. Teringat
perbincangan disuatu petang, ceritanya petang itu memang sengaja
diagendakan untuk membahas sesuatu yang bernama komitmen. Hmm...secara
terminologis, kata komitmen memang cukup panjang dan yah dahsyat. Akan
tetapi aplikasinya??? membuat sosok-sosok di petang itu berpikir keras.
Lalu timbul sebuah pertanyaan yang membuyarkan pemikiran keras itu,
"Sudah seperti apa komitmen dakwah kita sampai detik ini???". Buyar,
lalu semakin menunduk dan semakin berpikir lagi, lebih keras dan dalam.
Ya,
sejenak singgahlah ke Qs.At-Taubah : 111. Satu ayat itu saja sudah
lebih dari cukup untuk menjabarkan komitmen apa yang mestinya dimiliki
oleh seorang muslim. Terlebih ketika sosok muslim itu tahu dan paham
akan konteks dakwah dan jihad. Benar-benar membuat kepala ini semakin
menunduk, semoga dengan disertai ketundukan hati juga. Lalu hal yang
selanjutnya muncul adalah, "Apa yang menjadi komitmen Islam???".
Kembali, semakin berpikir dan akhirnya terjawab bahwasanya koitmen Islam
itu adalah dua kalimat syahadat.
Itulah yang seringkali
kita, khususnya saya lupakan. Seringkali terabaikan, tidak optimal untuk
diupgrade. Padahal sebuah komitmen pun membutuhkan "refresh". Lalu
timbul pertanyaan selanjutnya, "Tahukah, siapa saja orang yang akan
menikmati manisnya sebuah komitmen Islam???". Terdiam, kemudian
terjawab. Setidaknya ada tiga ayat diAl-Qur'an yang menjabarkan tentang
mereka, orang-orang yang akan mendapatkan nikmat yang manis atas
kekonsistenannya dalam menjaga komitmen Islam (tapi mohon maaf dengan
sangat, saya lupa ayat-ayatnya). Tapi yang jelas dari setidaknya ketiga
ayat tersebut dapat tergambar bahwa orang yang akan memetik buah manis
dari komitmen Islam adalah mereka yang tak cukup sekedar beriman saja,
akan tetapi juga bagaimana dari keimanannya itu lahir sebuah ikhtiar
untuk senantiasa berbuat dan menegakan kebajikan.
Seperti
yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa untuk kita dapat kemudian
menjaga konsistensi dari sebuah komitmen, apalagi komitmen Islam, itu
bukanlah hal mudah yang bisa kita lakukan begitu saja. Bukan tanpa
sebuah tantangan tapi tidak berarti juga itu menjadi sesuatu yang sulit.
Setidaknya ada beberapa upaya yang dapat kita lakukan atau kita
ikhtiarkan untuk kemudian menjaga konsistensi atau bahkan kekuatan pun
kulaitas dari sebuah komitmen Islam yang kita bangun, diantaranya adalah
: senantiasa mengikhtiarkan untuk meningkatkan dan melakukan perbaikan
kualitas keimanan, mengupayakan untuk senantiasa berada atau memiliki
saudara-saudara yang sudah benar-benar kuat dalam merealisasikan
keimanannya dalam tataran konkrit, berdoa.
Dan tentu saja
setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam menjaga sebuah
konsistensi komitmen. Apapun cara dan jalannya, semoga kita senantiasa
berikhtiar yang terbaik dan optimal untuk membangun komitmen berislam
yang mantap, massif dan kuat dalam dinamika. Komitmen yang menjadi
"cahaya" bagi semesta, amin, insyaAllah.
Wallahulambishawab...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar