Be inspiring for today, tomorrow and for the future

Selasa, 17 Juli 2012

Komitmen...

Komitmen, ya itulah sebuah kata yang setiap orang menfasirkannya dengan cara dan bahasa yang berbeda. Terlebih ketika dalam tataran pemaknaan, sudah barang tentu setiap satu isi kepala akan berbeda pula dengan isi kepala yang lainnya. Tapi harus diakui, seringkali komitmen ini terlupakan atau bahkan mungkin dilupakan. Ia memang sesuatu yang abstrak, akan tetapi disadari atau tidak, sebuah komitmen ibarat pelita yang meskipun nampak kecil dan sesekali tertiup angin, namun ia tetap mampu memberikan cahaya meskipun mungkin terangnya tak seberapa.

Mempertahankan sebuah komitmen tidaklah mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Ya terlepas dari berbagai pandangan yang berbeda dalam menilainya, yang jelas ujian dari sebuah komitmen itu luar biasa banyaknya. Teringat perbincangan disuatu petang, ceritanya petang itu memang sengaja diagendakan untuk membahas sesuatu yang bernama komitmen. Hmm...secara terminologis, kata komitmen memang cukup panjang dan yah dahsyat. Akan tetapi aplikasinya??? membuat sosok-sosok di petang itu berpikir keras. Lalu timbul sebuah pertanyaan yang membuyarkan pemikiran keras itu, "Sudah seperti apa komitmen dakwah kita sampai detik ini???". Buyar, lalu semakin menunduk dan semakin berpikir lagi, lebih keras dan dalam.

Ya, sejenak singgahlah ke Qs.At-Taubah : 111. Satu ayat itu saja sudah lebih dari cukup untuk menjabarkan komitmen apa yang mestinya dimiliki oleh seorang muslim. Terlebih ketika sosok muslim itu tahu dan paham akan konteks dakwah dan jihad. Benar-benar membuat kepala ini semakin menunduk, semoga dengan disertai ketundukan hati juga. Lalu hal yang selanjutnya muncul adalah, "Apa yang menjadi komitmen Islam???". Kembali, semakin berpikir dan akhirnya terjawab bahwasanya koitmen Islam itu adalah dua kalimat syahadat.

Itulah yang seringkali kita, khususnya saya lupakan. Seringkali terabaikan, tidak optimal untuk diupgrade. Padahal sebuah komitmen pun membutuhkan "refresh". Lalu timbul pertanyaan selanjutnya, "Tahukah, siapa saja orang yang akan menikmati manisnya sebuah komitmen Islam???". Terdiam, kemudian terjawab. Setidaknya ada tiga ayat diAl-Qur'an yang menjabarkan tentang mereka, orang-orang yang akan mendapatkan nikmat yang manis atas kekonsistenannya dalam menjaga komitmen Islam (tapi mohon maaf dengan sangat, saya lupa ayat-ayatnya). Tapi yang jelas dari setidaknya ketiga ayat tersebut dapat tergambar bahwa orang yang akan memetik buah manis dari komitmen Islam adalah mereka yang tak cukup sekedar beriman saja, akan tetapi juga bagaimana dari keimanannya itu lahir sebuah ikhtiar untuk senantiasa berbuat dan menegakan kebajikan.

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa untuk kita dapat kemudian menjaga konsistensi dari sebuah komitmen, apalagi komitmen Islam, itu bukanlah hal mudah yang bisa kita lakukan begitu saja. Bukan tanpa sebuah tantangan tapi tidak berarti juga itu menjadi sesuatu yang sulit. Setidaknya ada beberapa upaya yang dapat kita lakukan atau kita ikhtiarkan untuk kemudian menjaga konsistensi atau bahkan kekuatan pun kulaitas dari sebuah komitmen Islam yang kita bangun, diantaranya adalah : senantiasa mengikhtiarkan untuk meningkatkan dan melakukan perbaikan kualitas keimanan, mengupayakan untuk senantiasa berada atau memiliki saudara-saudara yang sudah benar-benar kuat dalam merealisasikan keimanannya dalam tataran konkrit, berdoa.

Dan tentu saja setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam menjaga sebuah konsistensi komitmen. Apapun cara dan jalannya, semoga kita senantiasa berikhtiar yang terbaik dan optimal untuk membangun komitmen berislam yang mantap, massif dan kuat dalam dinamika. Komitmen yang menjadi "cahaya" bagi semesta, amin, insyaAllah.

Wallahulambishawab...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar