Siang ini di sekolah, almamater saya semasa SMA...
Tanpa direncanakan, Allah menakdirkan saya bercakap-cakap dengan beberapa orang guru yang dulu mengajar di kelas saya, dan satu diantaranya adalah guru yang belum pernah mengajar di kelas, dimana saya adalah siswa di kelas tersebut. Beliau adalah salah satu guru Bahasa Inggris yang ada di almamater saya itu. Percakapan diawali dengan, "Hei, are you Arinda?", dan saya menjawab, "Yes, sir".
Percakapan berlangsung dengan Bahasa Inggris, dan sesekali saja saya menjawab dengan Bahasa Inggris juga, sisanya, saya keukeuh menjawab dengan Bahasa Indonesia. Bukan tidak bisa menjawab dengan Bahasa Inggris, tapi kondisi percakapan tadi mepet dengan jam saya menemui guru Sejarah yang menjadi mitra saya dalam penelitian skripsi di sekolah itu....#fakta atau ngeles neh :)
Tapi jujur, perbincangan singkat yang tadi berlangsung pada akhirnya memberikan kesan yang mendalam di hati saya. Eits...jangan berpikir aneh dulu, maksudnya kesan yang justru menjadi cambuk untuk saya melatih dan mengembangkan kembali skill berbahasa Inggris yang sempat begitu lama saya abaikan hanya karena sebuah pengalaman buruk semasa kelas 2 SMA. Guru Bahasa Inggris itu pun bertanya banyak hal, terutama menanyakan, "Kenapa kamu tidak mengambil jurusan Bahasa Inggris di UPI? Padahal kemampuan berbahasa Inggris kamu bagus. Apa kamu suka sejarah?", begitu kata beliau, dan saya tentu tidak mungkin menjawab, "Takdir Pak". Ya meskipun memang apa yang kita jalani hari ini adalah bagian dari ketetapan Allah, tapi tentu butuh jawaban yang cerdas agar dapat dimengerti oleh orang lain.
Tadi saya jawab dengan tersenyum dan, "Ya kalau dibilang suka, lumayan suka pak. Sejarah itu mengajak saya untuk mengetahui seisi dunia dari berbagai alur garis waktu tanpa saya harus lelah berkeliling dunia untuk mengetahui hal yang banyak itu". Jawaban standar yang saya sendiri mengakui memang jawaban itu belum cukup cerdas, tapi juga bukan jawaban yang konyol dan asal. Setidaknya saya jujur mengatakan itu, jujur dari hati yang terdalam, halah :)
Begitulah, kalau dirincikan pasti agak panjang percakapannya, yang jelas intinya saya sangat berterimakasih dengan beliau. Meski selama saya SMA dulu tidak pernah belajar langsung dengan beliau, tapi tetap ada banyak pelajaran yang saya dapat. Ketika saya tanya, "Dulu semasa saya sekolah di sini, bapak tidak pernah mengajar di kelas saya. Tapi kok bapak sepertinya tahu saya?". Beliau tersenyum dan mengatakan, "Yes, I never lesson at your class. But I know you. I know your English skill is good. I saw you when you participated at story telling competition". Saya tersenyum, mengingat masa-masa itu, jadi ingat banyak hal. Ingat Miss Nina juga, guru Bahasa Inggris di kelas 3 yang membuat saya bangkit dan percaya diri kembali setelah sempat krisis percaya diri akibat kesalah pahaman dalam pelajaran Bahasa Inggris semasa kelas 2.
Terbayang kembali ingatan semasa "Bulan Bahasa" di sekolah. Mendapat pengahargaan sebagai juara I untuk lomba "Story Telling" dan juara II untuk lomba "Making The Poem". Wah....jadi malu (Eits..bukan pamer ya, sekedar nostalgia saja :))
Lagi, lagi dan lagi saya hanya tersenyum mendengar pernyataan dari guru Bahasa Inggris saya itu. Lalu saya bilang, "Thank you sir. Saya akan mengasah kembali skill berbahasa Inggris saya meskipun saya tidak kuliah di jurusan Bahasa Inggris". "Yes. Sayang jika potensi kamu dibiarkan", begitu ucap beliau sambil tersenyum. Saya hanya mengangguk dan berpamitan kepada beliau untuk menemui guru Sejarah di ruang BK. Saya berjalan dengan penuh semangat yang menggelora dalam dada, "Saya pasti bisa mengasah dan mengembangkan kecintaan saya kepada bahasa, pak", hati berbisik.
Perbincangan dengan guru Matematika, guru TIK dan wali kelas semasa kelas 2 dahulu semuanya benar-benar kesan untuk hari ini. Ditambah dengan kesempatan mengajar di kelas XI IPS 3 yang juga dahulu menjadi kelas saya, wah menyenangkan dan kembali membuka memori saya semasa SMA. Sepulang dari sekolah, Allah mempertemukan saya dengan guru Sosiologi di kelas 3. Beliau memang sudah tidak mengajar di almamater saya, tapi bagaimana pun juga, beliau adalah bagian dari keberhasilan saya meraih mimpi hingga hari ini. Memori di kelas XII IPS 5 kembali membayang-bayangi langkah saya menuju tempat pangkalan angkot 02A, angkot yang menuju ke arah rumah tercinta.
"Rabb...Terimakasih, Engkau tak pernah membiarkan hari-hariku berlalu sia-sia tanpa kesan. Terimakasihku untuk guru-guru semasa SMA. Meski asa menjadi guru masih sering kembang-kempis, tapi kini ia bergelora dengan hebatnya. Menggerakkan diri untuk bisa merealisasikannya. Allah, ridhoi aku untuk menjadi pahlawan itu. Pahlawan yang berperang dengan ilmu, pahlawan yang tak sekedar mengajar, tapi lebih dari itu, mendidik. Guru dan murobbiyah sukses juga berkah, amin".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar